Rokok telah lama terbukti memiliki efek negatif untuk tubuh, dengan mendatangkan berbagai gangguan kesehatan. Misalnya, penyakit paru-paru dan jantung. Kini, penelitian juga membuktikan, merokok dapat mempengaruhi tingkat intelegensi (IQ). Riset itu mengungkap, remaja yang kecanduan rokok umumnya memiliki tingkat intelegensi jauh lebih rendah ketimbang sejawatnya yang tidak merokok.
Tak sampai disitu, remaja yang merokok sebungkus sehari memiliki tingkat intelegensi 50% lebih rendah ketimbang teman-temannya yang tidak merokok. Dari hasil riset diketahui, 20.000 remaja dengan usia 18-21 tahun yang merokok memiliki skor IQ 94 sebaliknya remaja yang tidak merokok memiliki skor IQ 101. Sedangkan, perokok yang menghabiskan rokok sebungkus perhari memiliki skor IQ 90.
Pemimpin tim peneliti dari Sheba Medical Center, Tel Hashomer Hospital, Dr. Mark Weiser mengatakan hasil riset belum menggambarkan secara jelas apakah aktivitas merokok mengakibatkan intelegensi seseorang menurun atau sebaliknya individu dengan tingkat intelegensia rendah justru gemar merokok."Riset ini benar-benar menampilkan apa adanya. Kami melihat adanya sekat tipis antara intelegensia dan merokok,"tukasnya seperti dikutip dari dailymail.co.uk, Selasa (30/3).
Ia menjelaskan, skor dari tes IQ pada remaja pria yang merokok kemudian dibandingkan dengan remaja pria yang tidak merokok dan dibandingkan kembali dengan adik atau kakaknya. Hasil perbandingan itu menunjukan remaja pria mulai merokok mulai dari umur 18 hingga 21 tahun."Sangat jelas bahwa masyarakat dengan intelegensi rendah memilih untuk merokok. Tidak peduli dengan status ekonomi mereka, apakah terhitung miskin atau kurang pendidikan," tegasnya.
Weiser menduga hasil riset seharusnya dapat dikonfirmasikan bahwa mereka dengan intelegensia rendah cenderung mengabaikan kesehatan mereka. Mungkin saja mereka mengkonsumsi obat-obatan terlarang, makanan tak sehat dan malas berolahraga. "Riset ini juga bisa digunakan untuk mencegah aktivitas merokok dikalangan remaja dengan ancaman intelegensi mereka bakal menurun," katanya.
Tahun 2004 lalu, peneliti dari University of Aberdeen menduga ada keterkaitan antara merokok dengan menurunan fungsi mental. Dari ratusan sukarelawan yang ambil bagian pada riset yang berlangsung tahun 1947, saat mereka berusia 11 tahun, mereka kemudian diikutsertakan kembali dalam riset lanjutan ditahun 2004. Hasilnya diketahui bahwa perokok memiliki performa yang jauh lebih buruk ketimbang mantan perokok dan individu yang tidak merokok.
Sayangnya, peneliti belum menemukan penjelasan yang pasti tentang hubungan antara lemahnya fungsi paru dengan penuan. Kesimpulan sementara diketahui merokok menyebabkan otak mengalami stres lantaran minimnya pasokan oksigen. Hal itu mengakibatkan kerusakan DNA yg membuat kemampuan dalam berpikir menjadi lemah.
Tak sampai disitu, remaja yang merokok sebungkus sehari memiliki tingkat intelegensi 50% lebih rendah ketimbang teman-temannya yang tidak merokok. Dari hasil riset diketahui, 20.000 remaja dengan usia 18-21 tahun yang merokok memiliki skor IQ 94 sebaliknya remaja yang tidak merokok memiliki skor IQ 101. Sedangkan, perokok yang menghabiskan rokok sebungkus perhari memiliki skor IQ 90.
Pemimpin tim peneliti dari Sheba Medical Center, Tel Hashomer Hospital, Dr. Mark Weiser mengatakan hasil riset belum menggambarkan secara jelas apakah aktivitas merokok mengakibatkan intelegensi seseorang menurun atau sebaliknya individu dengan tingkat intelegensia rendah justru gemar merokok."Riset ini benar-benar menampilkan apa adanya. Kami melihat adanya sekat tipis antara intelegensia dan merokok,"tukasnya seperti dikutip dari dailymail.co.uk, Selasa (30/3).
Ia menjelaskan, skor dari tes IQ pada remaja pria yang merokok kemudian dibandingkan dengan remaja pria yang tidak merokok dan dibandingkan kembali dengan adik atau kakaknya. Hasil perbandingan itu menunjukan remaja pria mulai merokok mulai dari umur 18 hingga 21 tahun."Sangat jelas bahwa masyarakat dengan intelegensi rendah memilih untuk merokok. Tidak peduli dengan status ekonomi mereka, apakah terhitung miskin atau kurang pendidikan," tegasnya.
Weiser menduga hasil riset seharusnya dapat dikonfirmasikan bahwa mereka dengan intelegensia rendah cenderung mengabaikan kesehatan mereka. Mungkin saja mereka mengkonsumsi obat-obatan terlarang, makanan tak sehat dan malas berolahraga. "Riset ini juga bisa digunakan untuk mencegah aktivitas merokok dikalangan remaja dengan ancaman intelegensi mereka bakal menurun," katanya.
Tahun 2004 lalu, peneliti dari University of Aberdeen menduga ada keterkaitan antara merokok dengan menurunan fungsi mental. Dari ratusan sukarelawan yang ambil bagian pada riset yang berlangsung tahun 1947, saat mereka berusia 11 tahun, mereka kemudian diikutsertakan kembali dalam riset lanjutan ditahun 2004. Hasilnya diketahui bahwa perokok memiliki performa yang jauh lebih buruk ketimbang mantan perokok dan individu yang tidak merokok.
Sayangnya, peneliti belum menemukan penjelasan yang pasti tentang hubungan antara lemahnya fungsi paru dengan penuan. Kesimpulan sementara diketahui merokok menyebabkan otak mengalami stres lantaran minimnya pasokan oksigen. Hal itu mengakibatkan kerusakan DNA yg membuat kemampuan dalam berpikir menjadi lemah.