10. Moonbows / Pelangi Bulan
Fenomena ini terjadi ketika bulan berada pada titik rendah, bulan memang benda langit yang tidak memiliki cahaya sendiri, bulan “meneruskan” cahaya dari matahari, bila pelangi siang hari terjadi karena pembiasan cahaya matahari, maka pelangi yang terjadi malam hari disebabkan oleh pembiasan cahaya bulan. Moonbow akan terlihat pada saat bulan purnama (full moon) ataupun pada saat bulan hampir mencapai purnama, mata kita biasanya agak sulit melihat perbedaan warna yang tampil pada moonbow, tapi kamera dapat menangkap warna-warna yang tampil “dengan sempurna”. Mata kita biasanya hanya bisa menangkap warna putih, dimana warna putih merupakan gabungan dari berbagai cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda, yang terjadi pada cahaya matahari. Tapi, bila cahaya bulan sangat terang, pelangi merah biasanya dapat dilihat dengan mata telanjang. Moonbow biasanya terlihat berlawanan dengan posisi bulan dan terlihat “begitu sempurna” pada saat terjadi bulan purnama secara penuh.
Gambar:
11. Mirages / Fatamorgana
Fatamorgana merupakan sebuah fenomena di mana optik yang biasanya terjadi di tanah lapang yang luas seperti padang pasir atau padang es. Fatamoragana Seringkali di gurun pasir, fatamorgana menyerupai danau atau air atau kota dan jalan raya. Ini sebenarnya adalah pantulan daripada langit yang dipantulkan udara panas. Udara panas ini berfungsi sebagai cermin. Kata fatamorgana diambil dari bahasa Italia. Ini pada mulanya adalah nama saudari Raja Arthur, Faye le Morgana, seorang peri yang bisa berubah-ubah rupa.
Gambar:
12. Belt of Venus
Belt of Venus (Sabuk Venus) atau Venus Girdle adalah nama era Victoria untuk fenomena atmosfer yang dapat dilihat saat matahari terbit dan matahari terbenam. Fenomena ini dapat dilihat setelah matahari terbenam atau sesaat sebelum matahari terbit, yaitu pada saat senja yang berdebu ketika sekumpulan langit kemerahan dan kecoklatan muncul diantara langit dan cakrawala. Itupun kalau kita beruntung dapat melihat fenomena ini, karena sangat jarang terjadi. Sebuah efek yang serupa juga bisa dilihat saat gerhana matahari total.
Gambar:
13. Aurora Borealis
Aurora adalah fenomena pancaran cahaya yang menyala-nyala pada lapisan ionosfer dari sebuah planet sebagai akibat adanya interaksi antara medan magnetik yang dimiliki planet tersebut dengan partikel bermuatan yang dipancarkan oleh matahari (angin matahari). Di bumi, aurora terjadi di daerah di sekitar kutub Utara dan kutub Selatan magnetiknya. Aurora yang terjadi di daerah sebelah Utara dikenal dengan nama Aurora Borealis yang dinamai bersempena Dewi Fajar Rom, Aurora, dan nama Yunani untuk angin utara, Boreas. Ini karena di Eropa, aurora sering terlihat kemerah-merahan di ufuk utara seolah-olah matahari akan terbit dari arah tersebut. Aurora borealis selalu terjadi di antara September dan Oktober dan Maret dan April. Fenomena aurora di sebelah Selatan yang dikenal dengan Aurora Australis mempunyai sifat-sifat yang serupa.Tapi kadang-kadang aurora muncul di puncak gunung di iklim tropis.
Gambar:
14. Green Flash / Green Ray
Green Flash atau Green Ray adalah fenomena optik yang terjadi pembiasan cahaya (seperti dalam prisma) di atmosfer. Cahaya bergerak lebih lambat di udara, lebih rendah lebih padat daripada di udara lebih tipis di atas, sehingga sinar matahari mengikuti jalan dengan kurva yang lebih sedikit di arah yang sama sebagai kelengkungan bumi tak lama setelah matahari terbenam atau sebelum matahari terbit. Green Flash dapat dilihat ketika sebuah tempat hijau terlihat, biasanya tidak lebih dari satu detik, atau dua di atas matahari, atau titik tunas hijau naik dari titik matahari terbenam. Green Flash sebenarnya sekelompok fenomena yang berasal dari penyebab yang berbeda, dan beberapa lebih umum dibanding yang lain Green Flash dapat diamati dari ketinggian (bahkan dari pesawat terbang). Mereka biasanya terlihat pada cakrawala yang sedikit terhalang seperti di atas lautan, namun mungkin selama berada di puncak awan dan puncak-puncak gunung juga dapat terlihat.
Gambar:
15. Dark Crepuscular
Dark Crepuscular dapat dilihat dengan suatu lintasan diatas langit yg membuat seolah langitnya terbelah. Fenomena alam ini terjadi karena awan-awan di dekat ufuk (kaki langit) dapat menghalau cahaya matahari sehingga tidak dapat memantul, karena proses itu maka bermunculan lintasan-lintasan (seperti garis sorot) dari matahari yang nampak berwana gelap. Hal itu biasanya terjadi di mana kondisi langit sedang terang, namun terdapat satu atau lebih garis-garis gelap yang melintas. Garis gelap tersebut terjadi akibat sebuah awan padat besar yang menghalangi radiasi cahaya.
Gambar:
16. The Mud of Lapindo
Atau yang biasa disebut Lumpur Lapindo adalah sebuah fenomena alam yang terjadi di Indonesia tepatnya terletak di kota Sidoarjo yang merupakan sebuah lumpur panas yang keluar dan menyembur terus menerus dari dalam bumi dan membajiri kota Sidoarjo menjadi lumpur. Fenomena ini berasal dari isi perut bumi yang memuntahkan lumpur dan belum diketahui penyebabnya secara pasti.
Gambar: